she goes
Seorang laki laki menatap para teman nya yang sedang asik bermain game bahkan ada yang sedang diam diri sambil mendengarkan musik. Cowok itu menghembuskan nafas lalu menghampiri teman nya itu.
''Lo kenapa?'' tanya nya.
''It doesn't matter'' jawab nya tanpa menatap lawan bicara nya.
''lie''
''I'm serious Kevin'' ucap nya datar pada Kevin, ketua geng kaizen, ketuanya.
''You can't lie tome'' ucap kevin datar.
''Up to you'' mendengar itu Kevin menggeram marah membuat seisi markas menatap nya dengan bingung. Kevin pergi meninggalkan mereka menuju lantai atas tempat Kamar pribadinya berada. Arul menatap Andra dengan mata yang memicing meminta penjelasan.
''Ada apa dengan bos?'' tanya Arul, Andra hannya diam tanpa mau menjawab pertanyaan Arul.
''Lo tau sendiri kan, jika Kevan mudah marah'' ucap Raken.
''Hm...'' deham andra tanpa minat berbicara. Dia sedang dalam masa mood yang rusak.
Di satu sisi, Kevin berbaring di atas kasur sambil memejamkan mata nya, perasaan nya mulai tidak enak.
Kanaya is calling...
Kevin mengambil handphone nya yang terletak di atas nakas. kekasih nya menelpon membuat dirinya langsung mengangkat panggilan itu.
''Halo, kenapa hm...?''
''Ada waktu nggak?''
''Kenapa?''
''nggak papa cuma nanya''
''Are you serious?''
''Yes, possible...''
''kalau aku ada waktu emang kenapa hm...?''
''kalo bisa kamu kesini ya...''
''Di mana?''
'Di depan gerbang sekolah''
''Anterin kamu pulang?''
''Iya''
''Oke''
Tut.
Panggilan berakhir tapi perasaan yang tidak enak belum kunjung berakhir.
Kevan meraih jaket nya dan langsung pergi menuju gerbang sekolah. Markas milik Kaizen tidak lah jauh dari sekolah, jadi dirinya hannya membutuhkan waktu yang sebentar untuk menemui kekasih nya.
Dari arah jauh terlihat Axel yang berlari dengan raut wajah yang panik membuat Kevan mengerutkan alis bingung, ada apa?
''Bang!'' teriak Axel membuat Kevan semakin penasaran dan perasaannya menambah tidak enak.
''Kenapa?''
''Bang! Kanaya tertabrak!''
Damn!
Rasanya seperti dunia nya runtuh seketika. Kabar yang membuat dirinya kehilangan kata kata.
* * *
kevan berlari kencang di koridor rumah sakit. Terlihat Kirana, ibunya Kanaya sedang menangis histeris di pelukan suaminya Dani membuat langkah Kevan semakin melambat. Kevan mendekat kearah kirana yang sedang menangis.
''Tante...'' panggilan dari kevan membuat kirana menoleh dan langsung memeluk Kevan.
''Kanaya Van...''
Terlihat lampu ruang oprasi padam tanda oprasi telah selesai membuat kedua orang itu langsung mendekat kearah dokter.
''Dengan keluarga pasien yang bernama Kanaya Putri Laksita?''
''Saya ibunya dok'' ucap Kirana. Dokter itu menghembuskan nafas panjang membuat mereka yang di sana menatap dokter dengan perasaan yang takut akan kehilangan.
''Putri anda ingin bertemu dengan anda'' ucapan dari dokter di angguki ketiganya. Mereka masuk dalam ruangan, bau obat obatan menyambut indra penciuman mereka. Terlihat banyak nya selang dan alat yang melekat pada tubuh Kanaya membuat mereka tak tahan untuk menangis.
''Mah....'' panggil Kanaya membuat Kanaya dan Dani mendekat.
''Saki..it...'' rintihnya.
''Mana yang sakit sayang?'' tanya kirana menahan air mata yang siap keluar lagi. sungguh dirinya tidak bisa melihat putri kesayangan nya merasakan sakit, kalau boleh Kirana ingin berganti posisi agar dirinya yang merasakan sakit itu.
''Se...mu...a..nya... saki...t''
''Mama panggilin dokter ya'' ucap Kirana yang di jawab gelengan oleh Kanaya.
''Jangan''
Dani memegang tangan putrinya yang terasa dingin dan menatap nya dengan mata yang teduh.
''Sayang... di panggilin dokter aja biar sembuh ya.
''Kanaya minta sesuatu boleh?'' tanya Kanaya yang cepat di angguki Kirana dan Dani.
''Boleh sayang...''
''Tersenyum untuk Kanaya'' ucapan dari Kanaya mampu membuat Kirana dan Dani menangis tapi sekuat mungkin mereka tersenyum seperti keinginan Kanaya. Kanaya yang melihat kedua orang tuanya tersenyum merasa sedikit senang dan dirinya ikut tersenyum meski harus menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuh nya. Kanaya menatap Kevan dengan senyumnya.
''Van...'' panggil Kanaya membuat Kevan mendekat dan langsung menggenggam tangan gadis nya.
''Makasih ya udah mau nemani Kan...aya.. selama ini...'' ucap Kanaya yang nafasnya mulai terputus putus. Kevan menggeleng kan kepalanya dan air mata lolos begitu saja dari kedua mata nya.
''Iklas...in... ya...''
''Na... jangan pergi... pliss...'' Kevin tak kuat lagi dia menangis dengan menggenggam tangan gadis nya, Kanaya menggeleng kan kepalanya dan masih tersenyum kearah Kevan.
''Van... sakit... mau istirahat...'' Kevan mengangguk lalu dirinya duduk di tepi ranjang dan menyandarkan kepala Kanaya di bahunya. hembusan nafas yang terputus putus dapat di rasakan nya. Kanaya tersenyum lalu menutup matanya yang sudah memberat.
''Na...'' tak ada sahutan membuat degup jantung Kevan berdetak keras. Kevan menuyentuh lengan gadis nya untuk memeriksa urat nadi gadis itu.
Deg!
Detak nadi Kanaya tak dapat di rasakan oleh Kevan membuat dirinya menangis dan memeluk tubuh gadis nya yang sudah tak bernyawa lagi. Semesta sungguh kejam pada takdir nya. Kini alasan kebahagiaan nya telah pergi meninggalkan nya.
Dia telah pergi
Dia telah kembali kepangkuan tuhan
Pulang yang dia maksud adalah selamanya
Mungkin tubuh nya sudah tidak kuat dengan dunia yang kejam ini
Selamat jalan,
Selamat jalan atas perjalanan yang panjang
Di sini meski tanpa kamu, aku tetap mencintai kamu
sampai kapan pun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar